#30HariBercerita2019 [4] DUKA

#30HBC1904
#30HariBercerita
#30HariBercerita2019
.
🍃
.
Ruang rawat kebidanan yang tidak terlalu besar itu dihuni oleh tiga orang pasien. Ada 6 bed sebenarnya, tapi jarang yang terisi penuh. Aku memasuki ruangan tersebut dengan supervisor-ku, ya hari ini kita akan mengadakan ronde, sebuah kegiatan menjelaskan perjalanan penyakit kepada pasien dan tim yang saat itu berdinas. Tentu ada penilaian dalam aktivitas ini.
.
Pasien bed 1, seorang ibu hamil berusia 36 tahun, dengan Preeklampsi (Hipertensi dalam kehamilan) berat, usia kehamilannya masih 32 minggu. Kondisi yang sangat riskan dengan risiko kematian janin. Seperti biasa, setelah penjelasan kasus akan ada tanya jawab bersama supervisor. Satu kesalahanku dalam menjawab pertanyaan, berakhir dengan membuat beliau murka. Mati! Aku memang tidak belajar detail kali ini!

.
“Katanya spesialis, mana bedanya Anda dengan anak-anak Ners? Pokoknya saya tidak mau tahu, kamu harus menguasai kasus ini dengan detail saat ujian akhir nanti”.
Habis-habisan beliau membantai dengan pertanyaan dan argumen nyelekit berikutnya.
Iya… Di dalam dunia pendidikan semacam ini, kita memang harus mempersiapkan jiwa yang tangguh untuk mendengar amukan pembimbing.
Pasien bed kedua, masih dengan ke-bad-mood-an beliau, dan mood-ku yang sudah mulai terkontrol lagi demi melihat pasienku kali ini, seorang ibu yang menggenggam erat nampan berisi makanan Rumah Sakit, dengan mata merah sisa-sisa tangis pagi tadi. Aku berada di sana ketika beliau menangis tersedu di pundak suaminya.
Setelah sedikit beramah tamah, aku kembali menjelaskan kondisi beliau kepada supervisor.
.
“Ibu Y, 38 tahun, G2P0A1 Hamil 8 minggu, Ab Incom, USG (+), masih menunggu hasil lab, rencana kuret sore ini dengan dr.AF. Riwayat susah hamil dan belum pernah melahirkan”, aku menjelaskan ringkasan kasus dengan hati-hati kepada supervisorku.
.
Tetiba beliau memeluk pundak pasien tersebut,”Sabar ya… InsyaaAllah menjadi tabungan di syurga. Coba terus, jangan berputus asa, rezeki Allah maha luas”.
Tangisanpun pecah… Pasien tersebut membalas pelukan pembimbingku, sambil mengangguk.
“Iya bu, mohon doakan saya. Saya sangat ingin memiliki keturunan”. Pasti berat berada di ruangan ini, di tengah-tengah ibu hamil yang sedang menunggu kelahiran bayinya.
.
Aku tercenung melihat pemandangan ini. Sungguh drastis perubahan supervisorku. Ah, mungkin memang begini cara mereka bekerja mendidik kami.
Tapi memang benar, semua kejadian yang ada di tempat ini terlihat seperti drama kehidupan nyata yang tiada habisnya. Semakin membuatku merasa bahwa perempuan adalah makhluk tangguh dengan apa ada nya mereka.
.
Perempuan yang masuk ke ruangan ini adalah pejuang hebat dengan ujian dan cobaan mereka masing-masing.
Maka, jangan pernah kacaukan hormonal perempuan dengan hal-hal sensitif semacam,”Kapan hamil?”, “Sudah punya anak berapa?”, “Hei! Wacth out! Usiamu sudah berapa? Nanti susah hamil lho!”.
.
Jangan… Biarkan mereka menikmati perjuangannya sendiri dengan penuh kebahagiaan.
.
Noted: Ab incom: abortus incomplete, keguguran, kematian janin pada usia kehamilan di bwah 20 minggu dengan meninggalkan sisa kantong atau jaringan di dalam rahim.

About ainicahayamata

Nursing Lecturer who falling in love with words and Arts| Blogger | Maternity Nursing Specialist Candidate | twitter: @aini_cahayamata| Belajar Mengendalikan kata dalam tulisan|
This entry was posted in #30HariBercerita2019. Bookmark the permalink.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.