Setiap ada keperluan untuk keluar rumah, saya selalu dibayang-bayangi dengan kekhawatiran meninggalkan anak-anak bertiga dengan ayahnya di rumah. Sehingga pemilihan waktu untuk izin keluar rumah sendirian harus pas di jam tidur siang mereka, lakukan dengan cepat, seefektif dan seefisien mungkin.
Suatu hari saya harus ke klinik gigi, dan sebenernya juga kepengen singgah ke Pegadaian (mumpung di luar). Sudah izin dengan ayahnya, plus sudah mengkondisikan anak-anak. Tapi rasanya ga tega berlama2 mengurus dua kepentingan sekaligus, apalagi jika jarak keduanya jauh dan harus ngantri. Beuuh… Jadi, yah sebisanya aja. Yang penting urusan di klinik gigi dulu karena sudah reservasi.
Di jalan, tepatnya di lampu merah, ada aksi minta sumbangan untuk anak yang sakit, tetiba kepengin sedekah. Tidak ada keinginan spesifik, ya pengen nyumbang aja mumpung ngambil uangnya juga gampang.
Sepanjang jalan saya sibuk lihat2 lokasi pegadaian wkwkw (udah lama kepengen ke sana buat verifikasi akun nabung emas digital) sambil mengira-ngira jarak dari klinik gigi nanti. MasyaAllah, Allah maha baik, sesampainya gi klinik gigi, ternyata mereka satu deret dengan pegadaian, hanya terpisah 2 toko. Dan pegadaiannya sepiii, ga ada pengunjung. Saya yang awalnya lupa password akun, tetiba ingat pas di sana 😆. Alhamdulillah dua urusan tertunaikan sekaligus dalam waktu yang sangat efektif.
Makanya saya related banget dg tulisan di buku Bu Isha ini. Rasa-rasanya selalu banyak kemudahan yang menyertai saat ada keikhlasan dalam beramal (sedekah). Cuma kita aja yang sering ngeyel, seolah banyak sekali kebutuhan dunia yang menumpuk. #selfslap.
Zona CahayaMata 