Short Story

Ini adalah hari kedua aku berada di kampung halaman untuk menghabiskan liburan kuliah. Pagi ini cukup dingin, dan lagi-lagi aku terbangun setelah mendengar suara berisik Ibu yang sedang mengurusi keperluan adik-adikku untuk berangkat sekolah. Rutinitas tak tergantikan yang dijalani Ibu selama bertahun-tahun. Aku yang sedang pulas di peraduan karena tidur larut semalam dan kebetulan sedang ‘halangan’ , dikagetkan dengan lengkingan teriakan Ibu yang menyuruhku untuk mengantar si Bungsu Syifa ke sekolahnya. Setengah sadar aku bangun tapi demi melihat Syifa yang masih bersiap-siap aku kembali merebahkan tubuh untuk tidur di kamar Ibu. Tapi itu tidak berlangsung lama karena kemudian Syifa tak membiarkanku larut dengan kantukku. Oke, akhirnya setelah bersih-bersih ala kadarnya dan berpakaian seadanya (comot sana sini yang penting syar’i) akupun mengantar Syifa ke sekolahnya. Ini bukanlah yang pertama kalinya aku mengantar adikku ke sekolahnya. Dan berikut percakapan yang terjadi antara aku dengan si bungsu Syifa selama kami menuju sekolah Syifa dengan mengendarai motor matic :

Syifa : Sekolah Ifa yang ada tulisan “kawasan wajib busana muslim” di atapnya uni

Aku : oo… (tentu saja aku tau sekolah yang mana itu :D)

Syifa : Uni, agama uni apa?

Aku : *kaget* Islam, kalau Syifa?

Syifa : Syifa juga islam

Aku : *senyum* Kok Syifa tau agamanya islam?

Syifa : Bu guru yang memberi tahu, katanya teman-teman Ifa juga beragama Islam. *tersenyum bangga*

Tersentuh! Sungguh ucapan anak berumur 5,5 tahun ini sangat menyentuh dan menyentilku. Ia terlihat sangat bangga ketika mengatakan agamanya adalah islam. Anak yang dalam menempuh Pendidikannya di Taman Kanak-Kanak Islam sangat bersemangat untuk mendalami agamanya. Aku teringat dengan salah satu percakapan kami ketika ia berumur 4 tahun, ketika itu bulan Ramadhan, dan aku sudah mengajaknya ke Musholla untuk sekedar menyaksikan proses ibadah sholat taraweh.

Syifa : Uni, kalau kita rajin berinfak nanti Alloh sayang sama kita ya?
Aku : Tentu sayang. Alloh akan menyayangi kita dan memasukkan kita ke dalam syurga

Syifa : syurga itu apa uni?

Aku : Syurga itu tempat yang sangat indahhhh… apapun yang Ifa inginkan ada disana.

Syifa : Ifa suka susu Uni, disana ada susu?
Aku : Disana ada sungai yang mengalirkan air susu! Syifa boleh meminumnya kapan saja

Syifa : Ifa mau sepeda, disana juga adakan uni?

Aku : Hahaha, sepeda, mobil, motor lengkap disana!

Syifa : Kalau begitu Ifa mau berinfak 4000 saja. Seribunya untuk jajan *tersenyum*

Aku : *memeluk Syifa

Hahaha… Itu percakapan yang indah sekali di suatu waktu di bulan Ramadhan. Dan aku selalu merindukan percakapan percakapan unik dengan si kecil Syifa.

Sesampainya di TK, Syifa turun dan langsung menyalami ibu guru yang sudah berdiri menyambut para murid di gerbang sekolah. Kulihat Syifa segera meletakkan tasnya di loker dan segera bergabung dengan teman-temannya untuk bermain. Namun terlihat Syifa canggung karena aku masih menatapnya dari luar pagar sekolah. Syifa kemudian melambaikan tangannya, seperti mengatakan,”Uni pulang saja… Syifa akan baik-baik saja di sekolah”. Aku balas lambaian tangan Syifa dan kemudian memutar motor balik ke rumah. Ah… Syifa kami, gadis kecil berpipi tembem sekarang sudah mulai menginjak masa kanak-kanaknya dan ia tumbuh dengan cepat. Aku tak ingin melewatkan proses kedewasaanya.

 

Bahkan pelajaran itu bisa engkau dapatkan dari anak kecil yang belum tahu cara menghapus ingusnya dengan benar!

About ainicahayamata

Nursing Lecturer who falling in love with words and Arts| Blogger | Maternity Nursing Specialist Candidate | twitter: @aini_cahayamata| Belajar Mengendalikan kata dalam tulisan|
This entry was posted in Semacam Cerpen. Bookmark the permalink.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.